Kamis, 11 Desember 2008

Meretas Pembelajaran Konvensional Menuju Kesadaran Diri Warga Belajar

Ditulis Oleh :Rusdianto
dosen Fakultas FKIP-UNSA dan Sektetaris PKBM “Samalewa” Sumbawa Besar.


Abstrak: Globalisasi merupakan tantangan tersendiri bagi tenaga lapangan PLS untuk dapat memberikan layanan pendi
dikan paripurna bagi peningkatan kwalitas hidup manusia Indonesia. Pamong belajar sebagai penentu agent of change terhadap kondisi dalam masyarakat. Konsep pembelajaran hadap masalah akan memberikan ruang bagi warga belajar agar dapat memahami kontek keberadaannya belajar untuk mengubah dunianya. Sehubungan dengan itu diperlukan tenaga pasilitator yang dapat memahami konteks perkembangan warga belajar dan goal pendidikan yang diharapkan yaitu tumbuhnya kesadaran warga belajar tentang hakekat keberadaannya.

Kata-kata kunci: pembelajaran konvensional, kesadaran, warga belajar.

Peradaban sebuah bangsa ditentukan oleh sejauh mana komunitas bangsa tersebut dapat menerapkan proses pendidikan bagi warga negaranya. Kecanggihan suatu teknologi tentunya tidak serta merta muncul dan dipergunakan oleh berbagai kalangan akan tetapi telah melalui proses panjang, berjenjang dan trial and error. Siapa yang berada dibalik kecanggihan teknologi yang kini banyak digandrungi malah telah terjadi revolusi teknologgi terhadap umat manusia. Tentunya peran dari para mentor, maupun guru atau pasilitaor yang mengadaptasikan berbagai ilmu penggetahuan sehingga mampu diaplikasikan bagi kemaslahatan umat.
Era digital saat ini persoalan jarak tidak menjadi kendala dan persoalan yang begitu dominan. Karena orang dari berbagai sudut dan pelosok dapat menerima layanan berita maupun komunikasi melalui saluran digita. Tak terpikirkan oleh kita bagaimana seseorang yang nun jauh disana dapat berinteraktif dengan temannya yang jarak ribuan kilo meter. Tentunya itu semua merupakan hasil dari proses konstruksi ilmu dan penerapan bagi langkah maju dalam dunia saint dan teknologi yang setiap saat dan waktu mengalami perubahan drastic.
Peran the man behind sangat menentukan dalam sebuah perubahan peradaban suatu bangsa. Tanpa adanya tekat dan kerja pasilitator untuk mendorong warga belajar untuk memahami dunianya, maka proses belajar hanya akan menjadi proses teknikalisasi belaka. Teknikalisasi pembelajaran dimana warga belajar hanya memahami kebutuhan akan kondisi hari ini tanpa mampu memandang jauh melampaui spectrum waktu.Proses demikian menempatkan warga belajar sebagai subject matter ala sekolah (school view of literacy) dengan maksud supaya warga belajar bisa menguasai keterampilan teknikal baca tulis guna memperbanyak jumlah warga masyarakat yang bebas buta huruf, maka jangan harap akan berdampak pemberdayaan. Pendidikan keaksaraan macam itu hanyalah suatu kesia-siaan yang tidak bakal berdampak sosial apapun. Padahal, investasi publik dalam pendidikan keaksaraan adalah karena mengharapkan dampak sosialnya. Seperti dikatakan Merrifield (dalam Faisal) "The social impacts of literacy appear to be the guiding purpose for public investment in literacy education" (1998, p.12)... bersambung